agis.
Hujan sore ini seperti biasa membuat aku sendu terdiam, ada rasa bete dan itu terlihat jelas dilukiskan oleh wajahku, aku tidak suka hujan, karena terkadang suasana hatiku mendadak sendu, seperti saat ini saat aku sedang menunggu bus dihalte dekat SMA. Kebencianku terhadap hujan berbanding terbalik dengan anak-anak SD yang sedang berlarian tertawa bahagia menyambut hujan. aku memperhatikan anak-anak tersebut begitu pula tawa tulus mereka, perlahan seulas senyum dibibirku. Dalam benakku"apa hujan sebegitu membahagiakannya? , mengapa mereka berlarian dan tertawa bahagia seperti itu." ketika aku sedang memperhatikan anak-anak itu, dari samping ada yang menepuk bahuku, aku terkejut namun sebelum aku sadar dari rasa terkejutku, eric sudah menarik tanganku, mengajakku untuk pulang bersama, tentu saja dengan berlari ditengah hujan, awalnya aku diam saja, bingung dengan yang dilakukan eric. eric adalah teman sekolahku, aku dan dia tinggal didaerah yang sama. kami tidak terlalu dekat tapi ku rasa ia tahu aku tak suka hujan, lalu mengapa ia mengajakku hujan2an seperti ini. "dasar cowo aneh." benakku ngedumel. "gis cepet dong larinya biar ga basah kuyup kita, lama banget sih lo." teriak yang diikuti tawanya yang khas, dan menarikku agar lari lebih cepat. aku hanya bisa geleng2 kepala melihatnya yang menurutku aneh. namun lagi-lagi aku tersenyum ditengah hujan, aku bertanya dalam hati, "ada apa ini kenapa aku tersenyum, karena eric atau karena hujan?. benakku yang lain berkata "bukan keduanya."
eric.
hari ini ku paksakan diriku untuk membawa agis hujan2an bersamaku, aku tak tahan lagi melihatnya yang begitu murung dan anti sosial, bahkan hujan saja ia jadikan media yang dapat ia salahkan, aku tak tahan melihat agis seperti itu. kurasa aku sudah cukup dewasa untuk melindunginya, akhirnya ku beranikan diriku menggenggam tangannya dan mengajaknya berlari, setelah sekian lama aku hanya memandang, mengamati, dan menjaganya dari jauh. agis mungkin tidak ingat padaku, tapi aku tidak akan pernah lupa padanya, dia adalah agisku, sahabatku yang tak bisa ku lindungi, sahabatku yang hilang dari kehidupanku,karena eric kecil tak mampu menjaganya. ketika aku tahu agis balik ke rumah lamanya yang tak jauh dari rumahku, aku terus mengamati dan menjaganya dari jauh, sebuah tugas yang harus aku lakukan karena aku tak mau kejadian masa lalu terulang kembali. aku tak mau agis jadi objek bully teman2 lagi, aku tak mau melihat agis sedih lagi. ke khawatiran aku terhadapnya, ternyata menjadi kenyataan agis trauma berteman, sehingga ia jadi anti sosial.sejak awal kelas 1 SMA agis selalu menyindiri dan tak mau membuat line pertemanan dengan siapapun, hanya sekedar basa basi senyum. melihatnya seperti itu membuatku terpukul dan menyesal karena tak mampu menjaganya dulu. sore ini dibawah hujan aku akan membuat hidup agis tak sesendu hujan, dan tak segelap awan saat hujan. aku ingin memberitaunya bahwa hujan membawa kebahagian, keindahan dan ketenangan. bahkan hujan bisa menjadi sahabatnya. aku genggam tangannya dan ku ajak ia berlari dibawah guyuran hujan, sampai kita tiba ditaman tempat kita sering bermain bersama saat kecil,tempat aku selalu menemukannya saat sedang menangis, tempat dimana aku selalu memasangkan earphone berisi instrument piano yang aku mainkan saat ditempat les musik ditelinganya, berharap earphone itu mampu menolongnya agar ia. tidak mendengar apapun yang buruk tentangnya yang dikatakan orang lain. Dan hanya sebuah instrument yang menenangkan saja yang ia dengar. Flashback end. Sesampainya ditaman aku langsung berbaring dirumput, dan agis tanpa banyak bicara duduk disampingku, seraya mengamati air hujan yang turun melawati ranting2 pohon. Aku bangkit dan memasangkan earphone ditelinganya, sama dengan hal yang sering aku lakukan padanya dulu, namun kali ini aku hanya memasangkan earphone yang tak bersuara, agis menilik bingung padaku, aku hanya tersenyum dan berbaring kembali, ku pejamkan mataku. Dan ku katakan padanya " earphone itu alat penyaring suara, kamu hnya akan mendengar hal baik saja, jika ada hal buruk yang orang lain katakan tentangmu, maka kau tak akan mendengarnya." kataku asal. "dengarkan baik-baik, kamu akan mendengar instrument terindah dari alam, hujan menciptakan sebuah harmoni musik alam yang indah, coba kau dengarkan." kataku lagi kali ini ku tatap matanya dalam. Berharap ia akan baik2 saja dan tak murung lagi. Terlebih agar ia tak benci hujan lagi. Perasaanku padanya masih sama seperti saat aku melihatnya sebuah perasaan ingin menjaga dan membahagiakannya. "Aku sayang kami gis." batinku berbicara.
Agis.
Eric, sepertinya aku tak benar2 lupa tentangmu dan tentang masa laluku yang kelam. Aku ingat terlebih saat aku melihatmu, aku tak mampu membuang ingatan buruk itu, walau aku ingin sekali melupakannya. Aku ingat kamu ric, aku ingat kamu dengan jelas. Tapi aku mencoba mengelak, aku tenggelamkan diriku selama 3 tahun ini, dengan menyendiri, menutup diri dari dunia luar. Aku hidup seolah-olah tak seorangpun ada disekitarku, bukan hanya kejadian masa anak2 kita dulu, sebenarnya luka itu berangsur membaik dan terkikis, namun 3 tahun yang lalu, aku bertemu seseorang yang entah bagaimana membuat hariku lebih berwarna, sebuah kebahagian yang tak pernah aku rasakan selama ini, namun kebahagian itu semu dan sesaat, ia bersikap manis dan perhatian bukan hanya kepadaku, tapi pada setiap wanita. Aku sedih, lagi2 aku dikhianati, setelah kejadian itu aku menutup seluruh hatiku, tenggelam dalam kesendirianku, menarik diri dari dunia luar. Tapi sore ini saat aku melihat caramu menggenggam tanganku, tersenyum padaku, dan tatapanmu yang penuh makna, aku dapat membaca maksud dan isi hatimu ric, "jangan merasa bersalah padaku ric, ini bukan salahmu, aku yang salah aku yang lemah, bukan kamu yang tidak kuat, hanya aku yang terlalu rapuh, berhenti menatapku dengan tatapan menyesal seperti itu." batinku berkata saat eric memasangkan earphone seperti yang sering ia lakukan padaku dulu. Maafkan aku ric pura2 tak mengingatmu, "aku rindu kamu." "maaf dan terimakasih, untuk semuanya." setidaknya sore ini aku mampu dekat dengannya setelah jarak dan waktu memisahkan kita, setidaknya sore ini aku tak lagi membenci hujan, karena hujan aku bisa berlarian dan berdua lagi dengan eric, aku dapat melihat senyumnya, bahkan aku dapat menemukan kembali senyumku. Perlahan ku tutup mataku merasakan instrument yang dibuat hujan sore ini, dan membiarkan hujan membasahiku, air mata mengalir dari mataku, sebuah air mata bahagia karena kini aku bisa tersenyum, setidaknya aku tenang eric kini ada disampingku. Kulihat tangannya yang terus menggenggam tanganku, sebuah bukti yang dapat aku percaya ia tak akan meninggalkanku, ia akan tetap disampingku untuk membahagiakan dan menjagaku. Senyumku semakin lebar saat hatiku menyakininya seperti itu. Aku tersenyum karena hujan dan karenanya, sahabatku yang sangat aku sayang. "aku sayang kamu ric". Batinku berkata.
Setelah melihatku tenang, dan mungkin karena melihat aku tersenyum, ia bangkit dan earphoneku berbunyi sebuah lagu berjudul "the reason" dari hoobastank ku dengarkan dari earphonenya, ku dengarkan setiap baitnya, sebuah lagu yang menggambarkan bagaimana perasaan eric padaku, betapa ia menyesal dan ingin memulai hal baru dan alasannya adalah aku. Sebelum lagu berakhir ia membisikan sesuatu ditelingaku, yang mebuatku tak mampu membendung air mataku, sekaligus tak mampu menyembunyikan senyumku, "gis, jangan pergi lagi, aku sayang kamu." bisiknya yang hanya dapat ku balas dengan anggukan yang disertai air mata, dan senyumku. "aku rindu kamu ric." akhirnya aku mengatakannya setelah eric mampu menenangkanku. Dengan pelukannya yang hangat.
"karena eric aku tau hujan mampu membuat banyak orang bahagia, karena hujan punya banyak cara membuat orang bahagia, setiap orang punya bahagianya sendiri setiap hujan datang. Begitupun aku, aku tak pernah menyadari bahwa suara hujan itu sangat indah dan hujan begitu menenangkan, aku tak akan tahu itu jika eric tak memaksaku hujan2an, dan mungkin aku tak akan pernah melihat pelangi setelah hujan, jika aku bersembunyi setiap hujan datang. Tapi sore ini eric membawaku hujan2an dan melihat pelangi setelah hujan, indah sangat indah dan menenangkan, aku suka hujan dan eric.
Hujan sore ini seperti biasa membuat aku sendu terdiam, ada rasa bete dan itu terlihat jelas dilukiskan oleh wajahku, aku tidak suka hujan, karena terkadang suasana hatiku mendadak sendu, seperti saat ini saat aku sedang menunggu bus dihalte dekat SMA. Kebencianku terhadap hujan berbanding terbalik dengan anak-anak SD yang sedang berlarian tertawa bahagia menyambut hujan. aku memperhatikan anak-anak tersebut begitu pula tawa tulus mereka, perlahan seulas senyum dibibirku. Dalam benakku"apa hujan sebegitu membahagiakannya? , mengapa mereka berlarian dan tertawa bahagia seperti itu." ketika aku sedang memperhatikan anak-anak itu, dari samping ada yang menepuk bahuku, aku terkejut namun sebelum aku sadar dari rasa terkejutku, eric sudah menarik tanganku, mengajakku untuk pulang bersama, tentu saja dengan berlari ditengah hujan, awalnya aku diam saja, bingung dengan yang dilakukan eric. eric adalah teman sekolahku, aku dan dia tinggal didaerah yang sama. kami tidak terlalu dekat tapi ku rasa ia tahu aku tak suka hujan, lalu mengapa ia mengajakku hujan2an seperti ini. "dasar cowo aneh." benakku ngedumel. "gis cepet dong larinya biar ga basah kuyup kita, lama banget sih lo." teriak yang diikuti tawanya yang khas, dan menarikku agar lari lebih cepat. aku hanya bisa geleng2 kepala melihatnya yang menurutku aneh. namun lagi-lagi aku tersenyum ditengah hujan, aku bertanya dalam hati, "ada apa ini kenapa aku tersenyum, karena eric atau karena hujan?. benakku yang lain berkata "bukan keduanya."
eric.
hari ini ku paksakan diriku untuk membawa agis hujan2an bersamaku, aku tak tahan lagi melihatnya yang begitu murung dan anti sosial, bahkan hujan saja ia jadikan media yang dapat ia salahkan, aku tak tahan melihat agis seperti itu. kurasa aku sudah cukup dewasa untuk melindunginya, akhirnya ku beranikan diriku menggenggam tangannya dan mengajaknya berlari, setelah sekian lama aku hanya memandang, mengamati, dan menjaganya dari jauh. agis mungkin tidak ingat padaku, tapi aku tidak akan pernah lupa padanya, dia adalah agisku, sahabatku yang tak bisa ku lindungi, sahabatku yang hilang dari kehidupanku,karena eric kecil tak mampu menjaganya. ketika aku tahu agis balik ke rumah lamanya yang tak jauh dari rumahku, aku terus mengamati dan menjaganya dari jauh, sebuah tugas yang harus aku lakukan karena aku tak mau kejadian masa lalu terulang kembali. aku tak mau agis jadi objek bully teman2 lagi, aku tak mau melihat agis sedih lagi. ke khawatiran aku terhadapnya, ternyata menjadi kenyataan agis trauma berteman, sehingga ia jadi anti sosial.sejak awal kelas 1 SMA agis selalu menyindiri dan tak mau membuat line pertemanan dengan siapapun, hanya sekedar basa basi senyum. melihatnya seperti itu membuatku terpukul dan menyesal karena tak mampu menjaganya dulu. sore ini dibawah hujan aku akan membuat hidup agis tak sesendu hujan, dan tak segelap awan saat hujan. aku ingin memberitaunya bahwa hujan membawa kebahagian, keindahan dan ketenangan. bahkan hujan bisa menjadi sahabatnya. aku genggam tangannya dan ku ajak ia berlari dibawah guyuran hujan, sampai kita tiba ditaman tempat kita sering bermain bersama saat kecil,tempat aku selalu menemukannya saat sedang menangis, tempat dimana aku selalu memasangkan earphone berisi instrument piano yang aku mainkan saat ditempat les musik ditelinganya, berharap earphone itu mampu menolongnya agar ia. tidak mendengar apapun yang buruk tentangnya yang dikatakan orang lain. Dan hanya sebuah instrument yang menenangkan saja yang ia dengar. Flashback end. Sesampainya ditaman aku langsung berbaring dirumput, dan agis tanpa banyak bicara duduk disampingku, seraya mengamati air hujan yang turun melawati ranting2 pohon. Aku bangkit dan memasangkan earphone ditelinganya, sama dengan hal yang sering aku lakukan padanya dulu, namun kali ini aku hanya memasangkan earphone yang tak bersuara, agis menilik bingung padaku, aku hanya tersenyum dan berbaring kembali, ku pejamkan mataku. Dan ku katakan padanya " earphone itu alat penyaring suara, kamu hnya akan mendengar hal baik saja, jika ada hal buruk yang orang lain katakan tentangmu, maka kau tak akan mendengarnya." kataku asal. "dengarkan baik-baik, kamu akan mendengar instrument terindah dari alam, hujan menciptakan sebuah harmoni musik alam yang indah, coba kau dengarkan." kataku lagi kali ini ku tatap matanya dalam. Berharap ia akan baik2 saja dan tak murung lagi. Terlebih agar ia tak benci hujan lagi. Perasaanku padanya masih sama seperti saat aku melihatnya sebuah perasaan ingin menjaga dan membahagiakannya. "Aku sayang kami gis." batinku berbicara.
Agis.
Eric, sepertinya aku tak benar2 lupa tentangmu dan tentang masa laluku yang kelam. Aku ingat terlebih saat aku melihatmu, aku tak mampu membuang ingatan buruk itu, walau aku ingin sekali melupakannya. Aku ingat kamu ric, aku ingat kamu dengan jelas. Tapi aku mencoba mengelak, aku tenggelamkan diriku selama 3 tahun ini, dengan menyendiri, menutup diri dari dunia luar. Aku hidup seolah-olah tak seorangpun ada disekitarku, bukan hanya kejadian masa anak2 kita dulu, sebenarnya luka itu berangsur membaik dan terkikis, namun 3 tahun yang lalu, aku bertemu seseorang yang entah bagaimana membuat hariku lebih berwarna, sebuah kebahagian yang tak pernah aku rasakan selama ini, namun kebahagian itu semu dan sesaat, ia bersikap manis dan perhatian bukan hanya kepadaku, tapi pada setiap wanita. Aku sedih, lagi2 aku dikhianati, setelah kejadian itu aku menutup seluruh hatiku, tenggelam dalam kesendirianku, menarik diri dari dunia luar. Tapi sore ini saat aku melihat caramu menggenggam tanganku, tersenyum padaku, dan tatapanmu yang penuh makna, aku dapat membaca maksud dan isi hatimu ric, "jangan merasa bersalah padaku ric, ini bukan salahmu, aku yang salah aku yang lemah, bukan kamu yang tidak kuat, hanya aku yang terlalu rapuh, berhenti menatapku dengan tatapan menyesal seperti itu." batinku berkata saat eric memasangkan earphone seperti yang sering ia lakukan padaku dulu. Maafkan aku ric pura2 tak mengingatmu, "aku rindu kamu." "maaf dan terimakasih, untuk semuanya." setidaknya sore ini aku mampu dekat dengannya setelah jarak dan waktu memisahkan kita, setidaknya sore ini aku tak lagi membenci hujan, karena hujan aku bisa berlarian dan berdua lagi dengan eric, aku dapat melihat senyumnya, bahkan aku dapat menemukan kembali senyumku. Perlahan ku tutup mataku merasakan instrument yang dibuat hujan sore ini, dan membiarkan hujan membasahiku, air mata mengalir dari mataku, sebuah air mata bahagia karena kini aku bisa tersenyum, setidaknya aku tenang eric kini ada disampingku. Kulihat tangannya yang terus menggenggam tanganku, sebuah bukti yang dapat aku percaya ia tak akan meninggalkanku, ia akan tetap disampingku untuk membahagiakan dan menjagaku. Senyumku semakin lebar saat hatiku menyakininya seperti itu. Aku tersenyum karena hujan dan karenanya, sahabatku yang sangat aku sayang. "aku sayang kamu ric". Batinku berkata.
Setelah melihatku tenang, dan mungkin karena melihat aku tersenyum, ia bangkit dan earphoneku berbunyi sebuah lagu berjudul "the reason" dari hoobastank ku dengarkan dari earphonenya, ku dengarkan setiap baitnya, sebuah lagu yang menggambarkan bagaimana perasaan eric padaku, betapa ia menyesal dan ingin memulai hal baru dan alasannya adalah aku. Sebelum lagu berakhir ia membisikan sesuatu ditelingaku, yang mebuatku tak mampu membendung air mataku, sekaligus tak mampu menyembunyikan senyumku, "gis, jangan pergi lagi, aku sayang kamu." bisiknya yang hanya dapat ku balas dengan anggukan yang disertai air mata, dan senyumku. "aku rindu kamu ric." akhirnya aku mengatakannya setelah eric mampu menenangkanku. Dengan pelukannya yang hangat.
"karena eric aku tau hujan mampu membuat banyak orang bahagia, karena hujan punya banyak cara membuat orang bahagia, setiap orang punya bahagianya sendiri setiap hujan datang. Begitupun aku, aku tak pernah menyadari bahwa suara hujan itu sangat indah dan hujan begitu menenangkan, aku tak akan tahu itu jika eric tak memaksaku hujan2an, dan mungkin aku tak akan pernah melihat pelangi setelah hujan, jika aku bersembunyi setiap hujan datang. Tapi sore ini eric membawaku hujan2an dan melihat pelangi setelah hujan, indah sangat indah dan menenangkan, aku suka hujan dan eric.
0 komentar:
Posting Komentar