A. Pengertian model
siklus belajar
Salah satu strategi pembelajaran yang menerapkan model
konstruktivisme adalah pendekatan siklus belajar (Learning Cycle). Santoso
(dalam Ana, 2013) mengemukakan bahwa “siklus belajar merupakan suatu
pengorganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru
dan untuk menata ulang pengetahuan siswa”.
Pengertian siklus belajar selanjutnya ada menurut Ali (1993)
“siklus belajar adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur”. Menurut Aksela (dalam Ana,
2013) menyatakan bahwa “dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa
harus dapat membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri karena tugas
seorang guru hanyalah memfasilitasi”.
Sedangkan pengertian siklus belajar menurut Karplus dan
Their (dalam Fajaroh dan Dasna, 2010) yaitu “siklus Belajar (Learning Cycle)
atau LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student
centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Dari pengertian-pengertian yang dipaparkan oleh beberapa
ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian dari siklus belajar adalah suatu model
pembelajaran yang memudahkan pada penguasaan konsep-konsep yang membangun
pengetahuan dan berpusat pada siswa.
B.
Karakteristik
model siklus belajar
Menurut Susiwi (2007) berpendapat bahwa siklus
Belajar terdiri atas tiga fase, yaitu :
1.
Fase
Eksplorasi atau Fase Penggalian Konsep
Selama eksplorasi para siswa belajar melalui aksi
dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Eksplorasi juga membawa para
siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki.
Penerapannya dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Siswa mengidentifikasi objek-objek
yang menarik, kejadian-kejadian atau situasi yang dapat diobservasi
siswa-siswa. Pengalaman ini dapat terjadi dalam ruangkelas, laboratorium atau
lapangan.
b.
Penyediaan waktu bagi siswa di
mana mereka menggali objek-objek, kejadian-kejadian atau situasi-situasi.
Selama pengalaman ini para siswa harus membuat hubungan-hubungan, pola-pola
observasi, mengenali variabel-variabel, dan pertanyaan-pertanyaan kejadian atau
peristiwa sebagai hasil eksplorasi mereka. Dalam fase ini dapat digunakan untuk
banyak keuntungan yang tidak diduga. Siswa berkesempatan untuk menyuarakan ide
mereka, selain itu siswa mungkin mempunyai pertanyaan-pertanyaan atau
pengalaman-pengalaman yang memotivasi mereka untuk memahami apa yang mereka
observasi.
c.
Tujuan utama dari eksplorasi
adalah untuk secara mental membuat atau menimbulkan konsep yang kemudian akan
diperkenalkan.
2. Fase Pengenalan Konsep atau Fase
Penemuan Konsep
Fase kedua ialah pengenalan konsep, biasanya
dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep atau konsep-konsep yang ada
hubungannya dengan fenomena yang diselidiki, dan didiskusikan dalam konteks apa
yang telah diamati selama fase eksplorasi. Adapun penerapan fase pengenalan
konsep dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pada awal pembelajaran secara jelas didasarkan pada eksplorasi siswa.
Sehingga dalam fase ini guru menunjukkan kepada siswa agar memperhatikan
aspek-aspek yang spesifik dari pengalaman eksplorasi.
b. Berikutnya konsep-konsep diperkenalkan secara langsung dan formal.
c. Kunci fase ini adalah untuk menunjukkan atau memperlihatkan
konsep-konsep dalam cara yang sederhana, jelas, dan langsung. Hal ini agar
dapat dipahami siswa dengan mudah.
3. Fase Penerapan Konsep atau Fase
Aplikasi Konsep
Fase ini menyediakan kesempatan bagi para siswa
untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan. Adapun penerapannya
dapat dilaksanakan dengan cara mengenalkan aktivitas yang berbeda di mana siswa
dapat memperluas konsep-konsep dalam situasi baru atau situasi yang berbeda.
C.
Manfaat
dari Pendekatan Pembelajaran Siklus belar
Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari pendekatan pembelajaran siklus belajar, yaitu:
1. Memberikan
pembelajaran yang dapat dimulai pada pengalaman langsung dan diakhiri dengan
penguasaan konsep.
2. Lebih
memberikan pengalaman belajar yang konkrit (nyata) yang dapat mengembangkan dan
menguasai suatu konsep siswa.
3. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk dapat bekerjasama dengan teman-temannya.
4. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide yang dimilikinya.
5. Memudahkan
siswa memahami konsep yang diajarkan.
Manfaat-manfaat
di atas adalah sebagian dari banyak manfaat yang dimiki oleh pendekatan siklus
belajar.
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Siklus Belajar
Pada
pendekatan pembelajaran juga memiliki keunggulan dan kelemahannya
masing-masing, begitu pula pada model pembelajaran siklus belajar ini.
Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran menurut Salamah (2014) adalah:
1. Keunggulan
model pembelajaran siklus belajar diantaranya:
a. Meningkatkan
motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Membantu
mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
c. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
2. Kelemahan
model pembelajaran siklus belajar:
a. Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
b. Menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
c. Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
d. Memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
E.
Implementasi
Siklus Belajar
Implementasi LC menurut Hudojo
(dalam Fajaroh dan Dasna, 2010) pada pembelajaran sesuai dengan pandangan
kontruktivis yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman
siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi
baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang
merupakan pemecahan masalah.
F.
Pengertian Siklus Belajar 5E
Model siklus belajar
5E merupakan salah satu jenis dari model siklus belajar. Astutik (2012, hlm.
146) menjelaskan bahwa “model pembelajaran siklus merupakan salah satu model
pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis”.
Model yang sering dikenal dengan istilah learning cycle 5E ini menekankan pada pembelajaran student center, mengingat bahwa
pendekatan yang digunakan ialah kontruktivisme. Seperti diungkapkan oleh
Sutiani (2014)
Pendekatan
teori kontruktivis pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan
proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada
siswa (student center). Dengan kata
lain pembelajaran menggunakan model
pembelajaran siklus belajar 5E berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator. (hlm. 10)
Model siklus belajar
5E merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan untuk mata pelajaran
IPA. Seperti yang dijelaskan oleh Sujana
(dalam Maulana, dkk., 2010, hlm. 134) bahwa “salah satu contoh pembelajaran
yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang
biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi
konflik pada struktur kognitif siswa”. Hal ini pun sejalan dan diperkuat oleh
pendapat dari Sutiani (2014)
Model
siklus belajar ini mempunyai salah satu tujuan, yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri
dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja
dan berpikir baik secara individu maupun kelompok , sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. (hlm.
11)
G.
Tahapan Pembelajaran Model
Siklus Belajar 5E
Dalam tahapan
pembelajarannya, model ini menggunakan lima tahapan diantaranya tahap pelibatan
(engagement), tahap penyelidikan (exploration), tahap penjelasan (explanation), tahap penggalian (elaboration) dan tahap evaluasi (evaluation). Menurut Wena (dalam
Sutiani, 2010, hlm 11-13) penjelasan tahapan pembelajaran tersebut yaitu:
1.
Tahap
Pelibatan (Engagement)
Pada tahap ini, guru berusaha mengembangkitkan dan
mengembangkan minat dengan keingintahuan (curiocity)
siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang
sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan
respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijakan oleh guru
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan
dibahas.
2. Tahap
Penyelidikan (Exploration)
Eksplorasi
merupakan tahap kedua dari model siklus belajar. Pada tahap ini, dibentuk
kelompok-kelompok kecil antara 3-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk
bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam
kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis
baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan
mencatat pengalaman serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya
tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah
benar, masih salah, atau mungkin salah, dan sebagian benar.
3. Tahap
Penjelasan (Explanation)
Pada tahap
penjelasan, bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep
yang diperoleh siswa. Guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu
konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa dan saling mendengar dengan kritis penjelasan antara siswa
atau guru. Pada tahap ini, siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan
penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa
terdahulu sebagai dasar diskusi.
4. Tahap
Penggalian (Elaboration)
Pada tahap ini,
siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi
baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian siswa akan dapat belajar secara
bermakna, karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru
dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik
oleh guru, maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi
belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5. Tahap
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari model siklus belajar 5E. Pada tahap evaluasi, guru
dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.
Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi
tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah
sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik atau masih kurang. Demikian pula
melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan
dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan
dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan
siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang
dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran siklus belajar dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih
banyak bertanya daripada memberi tahu.
Menurut Ngalimun
(dalam Sutiani,
2010, hlm. 14) dalam tahap engagement
ini minat dan keingintahuan (curiosity)
siswa tentang topik yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
Pada tahap exploration, siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran
langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan
serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Pada tahap explanation, guru harus
mendorong siswa untuk mempelajari konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta
bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi.
Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.
Pada tahap elaboration, siswa
menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi memecahkan masalah. Pada tahap
akhir evaluation, dilakukan evaluasi
terhadap efektivitas tahap-tahap sebelumnya dan juga evaluasi terhadap
pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa melalui pemecahan masalah
dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi
lebih lanjut.
H.
Kelebihan
dan Kekurangan 5E
Berikut
ini adalah kelebihan dari 5E yaitu:
1. Meningkatkan
motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran
2. Membantu
mengembangkan sikap ilmiah pebelajar.
3. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Berikut ini adalah
kekurangan dari 5E yaitu:
1. Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2. Menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran
3. Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4. Memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
I.
Pengertian
Siklus Belajar 7E
Model learning cycle (7E) adalah pembelajaran
siklus yang merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran ini
adalah penyempurnaan dari model learning
cycle (5E). Eisenkraft (2003) mengembangkan learning cycle menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada
tahapan siklus belajar (5E) menjadi (7E)
terjadi pada fase Engage menjadi dua
tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Jadi
urutan 7e yaitu Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa), engagement (melibatkan), exploration
(menyelidiki), explaination
(menjelaskan), elaboration
(menguraikan), evaluation (menilai)
dan extend (memperluas).
J.
Tahapan Pembelajaran Model Siklus Belajar 7E
Model siklus 7E ini memiliki tujuh
tahapan dalam pelaksanaan pembelajarannya seperti yang dikemukakan oleh Eisenkraft (2003) mengembangkan
siklus belajar menjadi tujuh tahap, yaitu
1.
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal
siswa)
Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa
terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa
serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang
berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh mudah
yang diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
2.
Engage
(mempertunangkan)
Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi
dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberikan siswa
tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih
berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase
ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain
yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa
keingintahuan siswa.
3.
Explore
(menyelidiki)
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang
berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi,
bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah
disediakan sebelumnya.
4.
Explain
(menjelaskan)
Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan
ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada
didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih
formal.
5.
Elaborate
(menerapkan)
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol,
definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pada
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang
dipelajari.
6.
Evaluate
(menilai)
Fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal.
Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan
siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan dan
kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran
awalnya.
7.
Extend
(memperluas)
Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini
dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari
dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
K.
Kelebihan dan Kekurangan Siklus
Belajar 7E
a.
Kelebihan
siklus belajar 7E
Implementasi Learning Cycle merupakan model pembelajaran
sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu:
1)
Peserta
didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna
dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman peserta
didik.
2)
Informasi
baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru
yang dimiliki pesera didik berasal dari
interprestasi individu.
3)
Orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
4)
Siswa
dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan
mereka dalam kelas sains.
Dengan demikian proses
pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta
didik, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan
konsep yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan
langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema
dalam diri pelajar menjadi pengetauan fungsional yang setiap saat dapat
diorganisasi oleh pelajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan strategi learning cycle
7E diharapkan siswa mampu meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap
ilmiah pembelajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
b.
Kekurangan
siklus belajar 7E
Disamping
memiliki kelebihan seperti yang diuraikan diatas, model pembelajaran learning
cycle juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan penerapan strategi
ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut:
1)
Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2)
Membutuhkan
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3)
Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4)
Memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanaan
pembelajaran.
L.
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA dengan Model Siklus Belajar
Dalam
sebuah kegiatan pembelajaran diperlukan sebuah perencanaan yang matang.
Perencanaan itu sendiri terdiri dari perangkat-perangkat pembelajaran yang
dianggap sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pengembangan sistem
pembelajaran adalah suatu proses untuk menciptkan sebuah kondisi kegiatan
belajar mengajar yang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan
baik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perangkat pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting dan tidak boleh terlewatkan satupun.
Menurut
Shoffan (2008) perangka pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang
digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan
lancer, efektif dan efesien. Adapun kriteria kelayakan perangkat pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1.
Validitas
Perangkat Pembelajaran
Perangkat
pembelajaran sebelum digunakan, alangkah lebih baik diperiksa terlebih dahulu
ke validitasannya, memeriksa dapat dilakukan dengan meminta validator memeriksa
perangkat pembelajaran kita. Adapun yang harus diperiksa ke validitasannya adalah
ketepatan isi, materi ajar, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, design fisik
dan lain-lain. Dalam pemeriksaannya validator biasanya menilai ketepatan dan kebenaran subtansi,
kesesuaian dengan timgkat berpikir siswa.
2.
Kepraktisan
Perangkat Pembelajaran
Kepratisan perangkat pembelajaran merupakan sesuatu yang
harus disadari oleh seorang guru. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis
apabila guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran tersebut dengan mudah. Sedangkan
untuk versi validator perangkat pembelajaran yang praktis adalah apabila perangkat
tersebut memiliki sedikit revisian.
3.
Efektivitas
Perangkat Pembelajaran
Efektivitas perangkat pembelajaran adalah seberapa besar
pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator
efektifitas pembelajaran itu sendiri. Adapun indikator efektifitas perangkat
pembelajaran adalah kualitas pembelajaran, kesesuaian tingkat
pembelajaran,insentif, dan waktu.
Pengembangan perangkat pembelajaran siklus belajar menurut
Thiagarajan (dalam Nurhalimah 2010,hlm 40) ada 4 tahapan dalam pengembangan
sistem pembelajaran yaitu,
1.
Tahap
pendefinisian
Tahap ini memiliki tujuan untuk menetapkan dan
mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan
batasan materi. Terdapat 5 langkah yaitu analisis awal akhir, analisis siswa,
analisis konsep, analisis tugas, dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
2.
Tahap
perancangan
Pada tahap ini membuat sebuah rancangan pembelajaran
sehingga terbuat prototype(contoh perangkat pembelajaran), tahap ini dimulai
setelah adanya tujuan khusus. Tahap ini memiliki empat langkah pokok yaitu
penyusunan tes, pemilihan media,pemilihan format,dan perancangan awal.
3.
Tahap
pengembangan
Tahap pengembangan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah
draf perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap perancangan. Hasil
validitas dari validator menjadi dasarnya dalam melakukan revisi atau
penyempurnaan perangkat pembelajaran.
4.
Tahap
penyebaran
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tujuan tahap ini adalh
untuk menguji efektivitas perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar.
Ringkasan :
Siklus
belajar adalah suatu model pembelajaran yang memudahkan pada penguasaan
konsep-konsep yang membangun pengetahuan dan berpusat pada siswa. Siklus
belajar terbagi menjadi dua jenis yaitu siklus belajar 5E dan siklus belajar 7E.
Siklus belajar 5E adalah siklus belajar yang memiliki 5 tahapan dalam kegiatan
pembelajarannya yaitu tahap
pelibatan (engagement), tahap
penyelidikan (exploration), tahap
penjelasan (explanation), tahap
penggalian (elaboration) dan tahap
evaluasi (evaluation). Lalu siklus
belajar 7E adalah siklus belajar yang memiliki 7 tahapan yaitu yaitu Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa), engagement (melibatkan), exploration
(menyelidiki), explaination
(menjelaskan), elaboration
(menguraikan), evaluation (menilai)
dan extend (memperluas). Siklus
belajar merupakan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran
IPA karena menggunakan model ini siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar