RSS

MODEL SIKLUS BELAJAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN



A.    Pengertian model siklus belajar
Salah satu strategi pembelajaran yang menerapkan model konstruktivisme adalah pendekatan siklus belajar (Learning Cycle). Santoso (dalam Ana, 2013) mengemukakan bahwa “siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan siswa”.
Pengertian siklus belajar selanjutnya ada menurut Ali (1993) “siklus belajar adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur”. Menurut Aksela (dalam Ana, 2013) menyatakan bahwa “dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa harus dapat membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri karena tugas seorang guru hanyalah memfasilitasi”.
Sedangkan pengertian siklus belajar menurut Karplus dan Their (dalam Fajaroh dan Dasna, 2010) yaitu “siklus Belajar (Learning Cycle) atau LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
Dari pengertian-pengertian yang dipaparkan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian dari siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang memudahkan pada penguasaan konsep-konsep yang membangun pengetahuan dan berpusat pada siswa.
B.     Karakteristik model siklus belajar
Menurut Susiwi (2007) berpendapat bahwa siklus Belajar terdiri atas tiga fase, yaitu :
1.      Fase Eksplorasi atau Fase Penggalian Konsep
Selama eksplorasi para siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Eksplorasi juga membawa para siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki. Penerapannya dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Siswa mengidentifikasi objek-objek yang menarik, kejadian-kejadian atau situasi yang dapat diobservasi siswa-siswa. Pengalaman ini dapat terjadi dalam ruangkelas, laboratorium atau lapangan.
b.      Penyediaan waktu bagi siswa di mana mereka menggali objek-objek, kejadian-kejadian atau situasi-situasi. Selama pengalaman ini para siswa harus membuat hubungan-hubungan, pola-pola observasi, mengenali variabel-variabel, dan pertanyaan-pertanyaan kejadian atau peristiwa sebagai hasil eksplorasi mereka. Dalam fase ini dapat digunakan untuk banyak keuntungan yang tidak diduga. Siswa berkesempatan untuk menyuarakan ide mereka, selain itu siswa mungkin mempunyai pertanyaan-pertanyaan atau pengalaman-pengalaman yang memotivasi mereka untuk memahami apa yang mereka observasi.
c.       Tujuan utama dari eksplorasi adalah untuk secara mental membuat atau menimbulkan konsep yang kemudian akan diperkenalkan.
2.      Fase Pengenalan Konsep atau Fase Penemuan Konsep
Fase kedua ialah pengenalan konsep, biasanya dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep atau konsep-konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki, dan didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi. Adapun penerapan fase pengenalan konsep dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Pada awal pembelajaran secara jelas didasarkan pada eksplorasi siswa. Sehingga dalam fase ini guru menunjukkan kepada siswa agar memperhatikan aspek-aspek yang spesifik dari pengalaman eksplorasi.
b.      Berikutnya konsep-konsep diperkenalkan secara langsung dan formal.
c.       Kunci fase ini adalah untuk menunjukkan atau memperlihatkan konsep-konsep dalam cara yang sederhana, jelas, dan langsung. Hal ini agar dapat dipahami siswa dengan mudah.
3.      Fase Penerapan Konsep atau Fase Aplikasi Konsep
Fase ini menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan. Adapun penerapannya dapat dilaksanakan dengan cara mengenalkan aktivitas yang berbeda di mana siswa dapat memperluas konsep-konsep dalam situasi baru atau situasi yang berbeda.
C.    Manfaat dari Pendekatan Pembelajaran Siklus belar
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari pendekatan pembelajaran siklus belajar, yaitu:
1.      Memberikan pembelajaran yang dapat dimulai pada pengalaman langsung dan diakhiri dengan penguasaan konsep.
2.      Lebih memberikan pengalaman belajar yang konkrit (nyata) yang dapat mengembangkan dan menguasai suatu konsep siswa.
3.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat bekerjasama dengan teman-temannya.
4.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide yang dimilikinya.
5.      Memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan.
Manfaat-manfaat di atas adalah sebagian dari banyak manfaat yang dimiki oleh pendekatan siklus belajar.
D.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Siklus Belajar
Pada pendekatan pembelajaran juga memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing, begitu pula pada model pembelajaran siklus belajar ini. Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran menurut Salamah (2014) adalah:
1.      Keunggulan model pembelajaran siklus belajar diantaranya:
a.       Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
b.      Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
c.       Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2.      Kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
a.      Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
b.      Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
c.      Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
d.     Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
E.     Implementasi Siklus Belajar
Implementasi LC menurut Hudojo (dalam Fajaroh dan Dasna, 2010) pada pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:
1.  Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2.  Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
3.  Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
F.     Pengertian Siklus Belajar 5E
Model siklus belajar 5E merupakan salah satu jenis dari model siklus belajar. Astutik (2012, hlm. 146) menjelaskan bahwa “model pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis”.  Model yang sering dikenal dengan istilah learning cycle 5E ini menekankan pada pembelajaran student center, mengingat bahwa pendekatan yang digunakan ialah kontruktivisme. Seperti diungkapkan oleh Sutiani (2014)
Pendekatan teori kontruktivis pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun  sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student center). Dengan kata lain pembelajaran menggunakan  model pembelajaran siklus belajar 5E berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. (hlm. 10)
Model siklus belajar 5E merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan untuk mata pelajaran IPA.  Seperti yang dijelaskan oleh Sujana (dalam Maulana, dkk., 2010, hlm. 134) bahwa “salah satu contoh pembelajaran yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi konflik pada struktur kognitif siswa”. Hal ini pun sejalan dan diperkuat oleh pendapat dari Sutiani (2014)
Model siklus belajar ini mempunyai salah satu tujuan, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir baik secara individu maupun kelompok , sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. (hlm. 11)
G.    Tahapan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E
Dalam tahapan pembelajarannya, model ini menggunakan lima tahapan diantaranya tahap pelibatan (engagement), tahap penyelidikan (exploration), tahap penjelasan (explanation), tahap penggalian (elaboration) dan tahap evaluasi (evaluation). Menurut Wena (dalam Sutiani, 2010, hlm 11-13) penjelasan tahapan pembelajaran tersebut yaitu:
1.      Tahap Pelibatan (Engagement)
Pada tahap ini, guru berusaha mengembangkitkan dan mengembangkan minat dengan keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan dibahas.
2.      Tahap Penyelidikan (Exploration)
Eksplorasi merupakan tahap kedua dari model siklus belajar. Pada tahap ini, dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengalaman serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin salah, dan sebagian benar.
3.      Tahap Penjelasan (Explanation)
Pada tahap penjelasan, bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa dan saling mendengar dengan kritis penjelasan antara siswa atau guru. Pada tahap ini, siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
4.      Tahap Penggalian (Elaboration)
Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru, maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5.      Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari model siklus belajar 5E. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran siklus belajar dengan  pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu.
Menurut Ngalimun (dalam Sutiani, 2010, hlm. 14) dalam tahap engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Pada tahap exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Pada tahap explanation, guru harus mendorong siswa untuk mempelajari konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada tahap elaboration, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi memecahkan masalah. Pada tahap akhir evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektivitas tahap-tahap sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa melalui pemecahan masalah dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.
H.    Kelebihan dan Kekurangan 5E
Berikut ini adalah kelebihan dari 5E yaitu:
1.      Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
2.      Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar.
3.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Berikut ini adalah kekurangan dari 5E yaitu:
1.      Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2.      Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
3.      Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4.      Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
I.       Pengertian Siklus Belajar 7E
Model learning cycle (7E) adalah pembelajaran siklus yang merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran ini adalah penyempurnaan dari model learning cycle (5E). Eisenkraft (2003) mengembangkan learning cycle menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus belajar  (5E) menjadi (7E) terjadi pada fase Engage menjadi dua tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Jadi urutan 7e yaitu Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa), engagement (melibatkan), exploration (menyelidiki), explaination (menjelaskan), elaboration (menguraikan), evaluation (menilai) dan extend (memperluas).
J.      Tahapan Pembelajaran Model Siklus Belajar 7E
Model siklus 7E ini memiliki tujuh tahapan dalam pelaksanaan pembelajarannya seperti yang dikemukakan oleh Eisenkraft (2003) mengembangkan siklus belajar menjadi tujuh tahap, yaitu
1.      Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa)
Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
2.      Engage (mempertunangkan)
Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberikan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa.
3.      Explore (menyelidiki)
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh  pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.
4.      Explain (menjelaskan)
Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.
5.      Elaborate (menerapkan)
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6.      Evaluate (menilai)
Fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7.      Extend (memperluas)
Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
K.    Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar 7E
a.       Kelebihan siklus belajar 7E
Implementasi Learning Cycle merupakan model pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu:
1)      Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman peserta didik.
2)      Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang dimiliki pesera didik berasal dari  interprestasi individu.
3)      Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.
4)      Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas sains.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pelajar menjadi pengetauan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh pelajar untuk menyelesaikan masalah-masalah  yang dihadapi.
Dengan strategi learning cycle 7E diharapkan siswa mampu meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap ilmiah pembelajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
b.      Kekurangan siklus belajar 7E
Disamping memiliki kelebihan seperti yang diuraikan diatas, model pembelajaran learning cycle juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut:
1)      Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2)      Membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3)      Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4)      Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanaan pembelajaran.
L.     Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA dengan Model Siklus Belajar
Dalam sebuah kegiatan pembelajaran diperlukan sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan itu sendiri terdiri dari perangkat-perangkat pembelajaran yang dianggap sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses untuk menciptkan sebuah kondisi kegiatan belajar mengajar yang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan baik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perangkat pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan tidak boleh terlewatkan satupun.
Menurut Shoffan (2008) perangka pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan lancer, efektif dan efesien. Adapun kriteria kelayakan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Validitas Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran sebelum digunakan, alangkah lebih baik diperiksa terlebih dahulu ke validitasannya, memeriksa dapat dilakukan dengan meminta validator memeriksa perangkat pembelajaran kita. Adapun yang harus diperiksa ke validitasannya adalah ketepatan isi, materi ajar, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, design fisik dan lain-lain. Dalam pemeriksaannya validator biasanya  menilai ketepatan dan kebenaran subtansi, kesesuaian dengan timgkat berpikir siswa.
2.      Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Kepratisan perangkat pembelajaran merupakan sesuatu yang harus disadari oleh seorang guru. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis apabila guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran tersebut dengan mudah. Sedangkan untuk versi validator perangkat pembelajaran yang praktis adalah apabila perangkat tersebut memiliki sedikit revisian.
3.      Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Efektivitas perangkat pembelajaran adalah seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektifitas pembelajaran itu sendiri. Adapun indikator efektifitas perangkat pembelajaran adalah kualitas pembelajaran, kesesuaian tingkat pembelajaran,insentif, dan waktu.
Pengembangan perangkat pembelajaran siklus belajar menurut Thiagarajan (dalam Nurhalimah 2010,hlm 40) ada 4 tahapan dalam pengembangan sistem pembelajaran yaitu,
1.      Tahap pendefinisian
Tahap ini memiliki tujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Terdapat 5 langkah yaitu analisis awal akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
2.      Tahap perancangan
Pada tahap ini membuat sebuah rancangan pembelajaran sehingga terbuat prototype(contoh perangkat pembelajaran), tahap ini dimulai setelah adanya tujuan khusus. Tahap ini memiliki empat langkah pokok yaitu penyusunan tes, pemilihan media,pemilihan format,dan perancangan awal.
3.      Tahap pengembangan
Tahap pengembangan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah draf perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap perancangan. Hasil validitas dari validator menjadi dasarnya dalam melakukan revisi atau penyempurnaan perangkat pembelajaran.
4.      Tahap penyebaran
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tujuan tahap ini adalh untuk menguji efektivitas perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Ringkasan :
Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang memudahkan pada penguasaan konsep-konsep yang membangun pengetahuan dan berpusat pada siswa. Siklus belajar terbagi menjadi dua jenis yaitu siklus belajar 5E dan siklus belajar 7E. Siklus belajar 5E adalah siklus belajar yang memiliki 5 tahapan dalam kegiatan pembelajarannya yaitu tahap pelibatan (engagement), tahap penyelidikan (exploration), tahap penjelasan (explanation), tahap penggalian (elaboration) dan tahap evaluasi (evaluation). Lalu siklus belajar 7E adalah siklus belajar yang memiliki 7 tahapan yaitu yaitu Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa), engagement (melibatkan), exploration (menyelidiki), explaination (menjelaskan), elaboration (menguraikan), evaluation (menilai) dan extend (memperluas). Siklus belajar merupakan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA karena menggunakan model ini siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar