Malam ini aku akan
kembali menceritakan sebuah kisah klasik mengenai seorang wanita berusia 20
tahun yang sampai saat ini menghadapi masalah yang sama yaitu masalah cinta
yang tidak kunjung berbalas, sebuah kisah cinta yang tidak pernah happy ending.
Sebuah kisah perjalanan cinta yang panjang dan cukup menyakitkan. Sebuah kisah
wanita usia 20 tahunan yang tidak pernah merasakan indahnya cinta, kesucian
cinta maupun kesempurnaan cinta. Kisah cinta yang jauh dari bayangan bahagia
yang sejati. Sebuah kisah dimana cinta dan pangeran hanyalah sebuah mitos dan
ilusi. Sebuah keadaan dimana sendiri merupakan hal yang paling pas untuknnya.
Sendiri dan sepi.
Pacaran merupakan
hal yang terlalu mewah untuknnya. Usianya 20
tahun, usia dimana semua orang memiliki sebuah kisah cinta yang manis
bahkan tidak terlupakan. Bahkan untuk sebagian orang menemukan cinta sejatinya
diusia ini. Usia dimana kamu dapat bersenang-senang dengan seseorang yang
spesial. Semua hal manis tentang cinta diusia 20 tahunan hanya mitos bagiku.
Ini masih belum akhir dari usia 20 ku, tapi sepertinya aku harus menyerah untuk
urusan cinta. Aku memilih untuk menghindari kehidupanku yang penuh dengan
pikiran mengenai cinta yang rumit dan pacaran yang terlalu mewah buat aku.
Aku sudah
membulatkan tekadku dari rumah, tapi…
Sesampainya aku
diperantauan tempat aku menuntut ilmu, tekadku mulai goyah. Lingkungan
sekitarku, maksudku teman-teman dekatku mereka semua sudah memulai sebuah
perjalanan cinta yang sepertinya akan berakhir bahagia ya siapa yang tahu akhir
dari sebuah kisah yang bahkan naskahnya pun tidak pernah terlihat. Yang
membuatku goyah, yang menjadi pikiranku adalah apakah aku mampu bertahan dengan
kesendirian ini, semantara teman-temanku selalu berbagi mengenai sebuah
kebahagian yang diberikan oleh cinta, yang mungkin hanya angan-angan bagiku.
Apa aku sanggup menahan rasa sepi ini, karena bukan tidak mungkin waktu
sahabat-sahabatku hanya untuk pasangan mereka.
Sebaiknya aku harus
menyesuaikan diri dengan semua ini, apapun yang terjadi sendiri atau dengan
pasangan aku harus bahagia. Dengan atau tidak adanya pasangan aku harus
bahagia. Aku kuat akan aku terus coba yakinkan diri ini bahwa aku baik-baik
saja. Tadinya aku ingin menulis semua perjalanan cintaku yang semuanya berakhir
dengan tangis. Sendir dan memilki pasangan itu sama saja, sama-sama banyak
tangis daripada tawa.
Memangnya kenapa
kalau aku sendiri, memangnya kenapa kalau teman-temanku sudah punya pacar,
memanya kenapa kalau aku tidak ada yang dekati, memangnya kenapa kalau hidupku
tanpa cinta, memangnya kenapa jika aku tidak dekat dengan laki-laki, memangnya
kenapa kalau aku memilih untuk berhenti mempercayai cinta, memangnya
kenapa?????????????????????????????????????????
Aku bisa bahagia
tanpa pasangan, bahkan jika nanti sahabat-sahabatku satu persatu pergi
meninggalkanku aku masih tetap hidup, aku masih bisa bahagia, aku masih bisa
berkaya. Memangnya aku sendirian itu kehendak aku. Lalu aku harus berubah
menjadi orang lain agar aku dapat pacar, sudah aku coba merubah sifatku
hasilnya masih sama. Aku juga ga ngerti kenapa aku ini sendiri sampai saat ini,
kurasa ini bukan prinsip tapi takdir. Sekarang aku hanya perlu menerima dengan
ikhlas agar semua ini dapat terlewati dengan mudah.
Jika malam datang
aku ingin segera pagi, berharap esok menawarkan sebuah kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar